Sabtu, 29 Januari 2011

SEBUAH TANYA DARI SOE HOK GIE





semeru
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
(Puisi Soe Hok Gie)
Sebuah renungan buat yang mengaku sebagai aktifis
Sekitar tahun 60an, seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Soe Hok Gie begitu menginspirasi banyak orang dengan tulisan-tulisan kritikan yang dimuat di surat kabar. Gie, seorang pemuda keturunan tiongohoa yang bakat humanistik begitu peka.
Kondisi politik Indonesia (tahun 60an) yang kacau tak membuat Gia lantas berdiam diri saja. menyadari bahwa Ia merupakan bagian dari elemen masyarakat, Gie berjuang mencari keadilan dengan cinta yang ia miliki kepada bangsa ini, yaitu Indonesia.
“Aku ingin agar mahasiswa-mahasiswa ini menyadari bahwa mereka adalah “the happy selected few” yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya.”
(Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran)]csd
benar kawan! kita adalah mahasiswa yang masih disubsidi oleh masyarakat Indonesia. lantas, apakah kita hanya berdiam diri saja ketika melihat rakyat mendirita. Korupsi, kriminal, dan kekacauan seakan ritual suci di bangsa ini.
sungguh mengherankan, bagi kita yang mengaku sebagai agent of change, tapi tak pernah terbesit bergerak untuk melawan tirani.
mungkin sekarang, tidak ada lagi-lagi Gie di era modern ini. Mungkin tak ada lagi yang peduli akan nasib rakyat Indonesia? dimana Gie-Gie selanjutnya?
Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu tuntut perubahan
bersatu tekad dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia
Hari-hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
marilah kawan mari kita berjuang
di tangan kita tergenggam arah bangsa
ayolah kawan ayo kita dendangkan
sebuah lagu tentang perubahan
di bawah topi jerami
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti
di bawah topi jerami
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti
Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu tuntut perubahan
bersatu tekad dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia
Hari-hari esok adalah milik kita
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
marilah kawan mari kita berjuang
di tangan kita tergenggam arah bangsa
ayolah kawan ayo kita dendangkan
sebuah lagu tentang kebebasan
di bawah rezim tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti
di bawah rezim tirani
kususuri garis jalan ini
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti
berjuta kali turun aksi
bagiku suatu langkah pasti
bagiku suatu langkah pastiMEMORIAN+SOE+HOK+GIE
(semoga kita mampu mengembalikan ruh-ruh perjuangan mahasiswa yang sesungguhnya)
hidup mahasiswa!! hidup rakyat indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar